PAKAN BROILER TIDAK
TERCERNA SECARA OPTIMAL
Pakan ayam yang dikonsumsi kadangkala tidak tercerna secara
optimal. Kerugian tidak optimalnya pakan dicerna oleh ayam broiler diantaranya
; (1) Bobot badan rendah, (2) Keadaan
ayam tidak seragam, dan (3) Konversi pakan rendah (ayam makan banyak
tetapi bobot badan rendah) Tidak optimalnya terserapnya pakan oleh ayam broiler
ditandai oleh keadaan kotoran ayam (feses)
yang dapat diamati secara kasat mata misalnya ;
- ü Keluarnya partikel/bahan pakan yang bentuknya utuh/besar
- ü Cairan berlebih (feses sangat cair)
- ü Feses berwarna hijau khas dengan lendir orange
Penyebab pakan tidak tercerna dengan sempurna, antara lain :
1.
Stres Panas
Ketika broiler mengalami stres panas, mereka akan meningkatkan konsumsi
air sebagai usaha untuk menyegarkan tubuhnya. Sebagian besar air akan dibuang
melalui feses, sehingga feses menjadi becek dan lembek.
2.
Kadar Garam pada Pakan
Ketika kadar garam meningkat, maka broiler akan menambah
konsumsi air untuk membantu dan menetralisir garam. Hal ini akan mengakibatkan
broiler membuang sebagian besar kelebihan air melalui feses. Kelebihan konsumsi
garam dapat disebabkan dari kesalahan pencampuran pakan (kelebihan garam) dan
kadar garam dari air minum yang tinggi.
3. Coccidiosis
Kerusakan saluran pencernaan karena
penyakit coccidiosis subklinis dan klinis dapat menyebabkan keluarnya pakan tak
terserap dalam feses (tinja), terutama pada broiler umur muda. Pakan tak
terserap ini berhubungan dengan adanya bakteri E. Acervulina dan E. Maxima. Program
pengendalian coccidiosis menggunakan coccidiostat yang efektif adalah yang
tidak merusak lapisan usus
dan kemampuan broiler menyerap nutrisi pakan.
4. Cacing Ascaris
Parasit pada usus dapat
mengiritasi saluran usus dan menyebabkan keluarnya
pakan tak tercerna dalam feses. Sebagai contoh sekelompok kecil
cacing ascaris dapat menyebabkan iritasi dan pakan tak terserap.
5.
Infeksi virus
Sejumlah virus dihubungkan dengan laju kecernaan broiler dan
dianjurkan dilakukan vaksinasi untuk mengontrol penyakit ini.
6. Infeksi bakteri
Radang usus (enteritis) sering
terjadi sebagai efek sekunder dari infeksi bakteri atau infeksi coccidia.
Pencegahan adalah dengan penggunaan growth promotor
secara efektif, control infeksi
coccidia, melindungi kinerja sistem kebal, biosekuriti menyeluruh dan penerapan
sanitasi. Saluran usus merupakan tempat
tinggal sekelompok besar bakteri yang penting selama bakteri ini
berfungsi secara normal. Ketidakseimbangan mikroflora ini dapat menyebabkan
penyakit Infeksi bakteri spesifik dalam saluran usus.
7. Mikotoksin
Kehadiran mikotoksin dalam pakan dapat menyebabkan meningkatnya
kerusakan intestinal. Aflatoksin menyebabkan kerusakan hati, memblokir saluran
pipa empedu dan penurunan kadar empedu di saluran usus lebih rendah. Akibatnya
penyerapan lemak menjadi sangat kurang. Toksisitas dapat dicegah dengan
memberikan tepung ikan berkualitas dan diproses dengan baik.
8. Ketengikan Lemak (Rancid fats)
Pemberian pakan yang mengandun lemak tengik pada broiler umumnya
menyebabkan pakan tak terserap, terutama pada iklim panas dimana lemak menjadi
tengik jika tidak disimpan dengan baik. Perlukaan meliputi proventiculitis, erosi
gizzard dan enteritis. Sumber-sumber kontaminasi mikotoksin meliputi
biji-bijian berjamur, tempat pakan yang kotor, peralatan pengangkut pakan yang
tercemar. Untuk mencegah tumbuhnya mikotoksin, sebaiknya membeli biji-bijian
berkualitas dan disimpan dalam tempat yang sesuai kondisinya.
9. Tannin
Kandungan racun tannin pada pakan menyebabkan esophageal dan
gastric edema, hemorrhagie ulceration, necrosis dan pengelupasan lapisan mukosa,
sekresi mucin berlebihan dan penebalan dinding crop. Kerusakan ini berakibat
pada proses jalan lintas pakan. Tannin berefek biji-bijian menjadi rendah palatabilitasnya
dan penolakan pakan pada unggas komersial ketika levelnya bertambah.
10. Biogenic Amines
Senyawa ini dijumpai dengan level yang rendah pada binatang,
tumbuhan dan mikroorganisme. Pada konsentrasi yang tinggi mereka bersifat
racun. Biogenic Amines banyak menimbulkan masalah pada musim panas ketika meningkatnya
degradasi bakteri dari asam amino bebas, protein pakan dan hasil samping
binatang. Unggas yang terinfeksi pigmentasi kurang baik dan mempunyai bobot
badan dan feed conversi yang rendah.
11.
Gizzerozine
Racun ini diproduksi dalam tepung ikan yang over-procesed. Hal
ini akan memberi effek yang hampir sama dengan biogenic amine, histamine, dalam
kasus over produksi dari asam hidrochloric
12. Amino Acid Biogenic Amine
Histadine Histamine Arginine /
Ornithine Putrecine Lysine Cadaverine Methionine Spermadine Tyrosine Tyramine Phenylalanine
Phenylethylamine dalam proventriculus dan menyebabkan erosi gizzard. Toksisitas
dapat dicegah
dengan memberikan tepung ikan berkualitas dan diproses dengan
baik.
13.
Ketengikan Lemak (Rancid
fats)
Pemberian pakan yang mengandung
lemak tengik pada broiler umumnya menyebabkan pakan tak terserap, terutama pada
iklim panas dimana lemak menjadi tengik jika tidak disimpan dengan baik.
Perlukaan meliputi proventiculitis, erosi gizzard dan enteritis. Senyawa ini
menyebabkan rendahnya saluran usus pada anak ayam terkolonisasi dengan
mikroorganisme Saat umur 21 hari, broiler dapat mengatur keseimbangan flora
usus. Setelah umur 21 hari tantangan seperti stress, pergantian pakan dan
pemberian obat-obatan seperti antibiotik dapat dan menyebabkan kerugian. Jika
saluran usus terkolonisasi dengan mikroba merugikan maka akan berdampak patogen
bagi tubuh. Technical
Service & Development, CPI, Jakarta (Disarikan dari G.D.
Butcher, DVM, Ph.D – University Of Florida)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar