Jumat, 20 Desember 2013

PAKAN BROILER TIDAK TERCERNA SECARA OPTIMAL



PAKAN BROILER TIDAK TERCERNA SECARA OPTIMAL

Pakan ayam yang dikonsumsi kadangkala tidak tercerna secara optimal. Kerugian tidak optimalnya pakan dicerna oleh ayam broiler diantaranya ; (1) Bobot badan rendah, (2) Keadaan  ayam tidak seragam, dan (3) Konversi pakan rendah (ayam makan banyak tetapi bobot badan rendah) Tidak optimalnya terserapnya pakan oleh ayam broiler ditandai oleh keadaan kotoran ayam (feses) yang dapat diamati secara kasat mata misalnya ;

  • ü  Keluarnya partikel/bahan pakan yang bentuknya utuh/besar
  • ü  Cairan berlebih (feses sangat cair)
  • ü  Feses berwarna hijau khas dengan lendir orange

Penyebab pakan tidak tercerna dengan sempurna, antara lain :
1.    Stres Panas
Ketika broiler mengalami stres panas, mereka akan meningkatkan konsumsi air sebagai usaha untuk menyegarkan tubuhnya. Sebagian besar air akan dibuang melalui feses, sehingga feses menjadi becek dan lembek.
2.    Kadar Garam pada Pakan
Ketika kadar garam meningkat, maka broiler akan menambah konsumsi air untuk membantu dan menetralisir garam. Hal ini akan mengakibatkan broiler membuang sebagian besar kelebihan air melalui feses. Kelebihan konsumsi garam dapat disebabkan dari kesalahan pencampuran pakan (kelebihan garam) dan kadar garam dari air minum yang tinggi.
3.     Coccidiosis
Kerusakan saluran pencernaan karena penyakit coccidiosis subklinis dan klinis dapat menyebabkan keluarnya pakan tak terserap dalam feses (tinja), terutama pada broiler umur muda. Pakan tak terserap ini berhubungan dengan adanya bakteri E. Acervulina dan E. Maxima. Program pengendalian coccidiosis menggunakan coccidiostat yang efektif adalah yang tidak merusak lapisan usus
dan kemampuan broiler menyerap nutrisi pakan.
4.    Cacing Ascaris
Parasit pada usus dapat mengiritasi saluran usus dan menyebabkan keluarnya
pakan tak tercerna dalam feses. Sebagai contoh sekelompok kecil cacing ascaris dapat menyebabkan iritasi dan pakan tak terserap.
5.    Infeksi virus
Sejumlah virus dihubungkan dengan laju kecernaan broiler dan dianjurkan dilakukan vaksinasi untuk mengontrol penyakit ini.
6.    Infeksi bakteri
Radang usus (enteritis) sering terjadi sebagai efek sekunder dari infeksi bakteri atau infeksi coccidia. Pencegahan adalah dengan penggunaan growth promotor
secara efektif, control infeksi coccidia, melindungi kinerja sistem kebal, biosekuriti menyeluruh dan penerapan sanitasi. Saluran usus merupakan tempat
tinggal sekelompok besar bakteri yang penting selama bakteri ini berfungsi secara normal. Ketidakseimbangan mikroflora ini dapat menyebabkan penyakit Infeksi bakteri spesifik dalam saluran usus.
7.    Mikotoksin
Kehadiran mikotoksin dalam pakan dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan intestinal. Aflatoksin menyebabkan kerusakan hati, memblokir saluran pipa empedu dan penurunan kadar empedu di saluran usus lebih rendah. Akibatnya penyerapan lemak menjadi sangat kurang. Toksisitas dapat dicegah dengan memberikan tepung ikan berkualitas dan diproses dengan baik.
8.     Ketengikan Lemak (Rancid fats)
Pemberian pakan yang mengandun lemak tengik pada broiler umumnya menyebabkan pakan tak terserap, terutama pada iklim panas dimana lemak menjadi tengik jika tidak disimpan dengan baik. Perlukaan meliputi proventiculitis, erosi gizzard dan enteritis. Sumber-sumber kontaminasi mikotoksin meliputi biji-bijian berjamur, tempat pakan yang kotor, peralatan pengangkut pakan yang tercemar. Untuk mencegah tumbuhnya mikotoksin, sebaiknya membeli biji-bijian berkualitas dan disimpan dalam tempat yang sesuai kondisinya.
9.    Tannin
Kandungan racun tannin pada pakan menyebabkan esophageal dan gastric edema, hemorrhagie ulceration, necrosis dan pengelupasan lapisan mukosa, sekresi mucin berlebihan dan penebalan dinding crop. Kerusakan ini berakibat pada proses jalan lintas pakan. Tannin berefek biji-bijian menjadi rendah palatabilitasnya dan penolakan pakan pada unggas komersial ketika levelnya bertambah.
10.  Biogenic Amines
Senyawa ini dijumpai dengan level yang rendah pada binatang, tumbuhan dan mikroorganisme. Pada konsentrasi yang tinggi mereka bersifat racun. Biogenic Amines banyak menimbulkan masalah pada musim panas ketika meningkatnya degradasi bakteri dari asam amino bebas, protein pakan dan hasil samping binatang. Unggas yang terinfeksi pigmentasi kurang baik dan mempunyai bobot badan dan feed conversi yang rendah.
11.  Gizzerozine
Racun ini diproduksi dalam tepung ikan yang over-procesed. Hal ini akan memberi effek yang hampir sama dengan biogenic amine, histamine, dalam kasus over produksi dari asam hidrochloric
12.  Amino Acid Biogenic Amine
Histadine Histamine Arginine / Ornithine Putrecine Lysine Cadaverine Methionine Spermadine Tyrosine Tyramine Phenylalanine Phenylethylamine dalam proventriculus dan menyebabkan erosi gizzard. Toksisitas dapat dicegah
dengan memberikan tepung ikan berkualitas dan diproses dengan baik.
13.  Ketengikan Lemak (Rancid fats)
Pemberian pakan yang mengandung lemak tengik pada broiler umumnya menyebabkan pakan tak terserap, terutama pada iklim panas dimana lemak menjadi tengik jika tidak disimpan dengan baik. Perlukaan meliputi proventiculitis, erosi gizzard dan enteritis. Senyawa ini menyebabkan rendahnya saluran usus pada anak ayam terkolonisasi dengan mikroorganisme Saat umur 21 hari, broiler dapat mengatur keseimbangan flora usus. Setelah umur 21 hari tantangan seperti stress, pergantian pakan dan pemberian obat-obatan seperti antibiotik dapat dan menyebabkan kerugian. Jika saluran usus terkolonisasi dengan mikroba merugikan maka akan berdampak patogen bagi tubuh. Technical Service & Development, CPI, Jakarta (Disarikan dari G.D. Butcher, DVM, Ph.D – University Of Florida)

Rabu, 18 Desember 2013

HARAPAN DAN TANTANGAN PETERNAKAN AYAM BROILER

PENDAHULUAN

Usaha ayam ras pedaging memiliki prospek yang cerah dikarenakan dua alasan yaitu : 1) permintaan akan konsumsi daging ayam broiler yang meningkat dan (2) perputaran modal yang cepat. Hal ini yang menjadi alasan orang melakukan usaha ternak ayam broiler. Berdasarkan skala usaha peternakan broiler diusahakan oleh peternakan kecil (peternakan rakyat) dan peternakan besar. Dalam menjalankan usaha, umumnya ada dua pola yang dilakukan yaitu : (1) peternakan broiler  mandiri dan (2) peternakan broiler secara kemitraan. 

Peternakan ayam broiler mempunyai beberapa keunggulan dibanding dengan peternakan penghasil daging lainnya. Keunggulan itu diantaranya adalah siklus produksi yang singkat yaitu dalam waktu 4-6 minggu ayam broiler sudah dapat dipanen dengan bobot badan 1,5-1,56 kg/ekor dan tidak memerlukan lahan yang luas, sehingga lahan yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien. Siklus produksi yang pendek inilah yang menjadi daya tarik bagi peternak karena perputaran modalnya relatif lebih cepat. Modal yang telah dikeluarkan akan cepatkembali, sehingga keuntungan akan cepat didapatkan.

Namun demikian, usaha ini juga dihadapkan pada berbagai tantangan, utamanya biaya yang tinggi sehingga memerlukan modal investasi yang besar. Kendala lainnya adalah : tingginya tingkat resik yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler seperti resiko fluktuasi harga, baik harga-harga input seperti DOC, pakan dan obat-obatanmaupun fluktuasi harga jual output berupa ayam hidup dan daging. Resiko lain yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler adalah resiko produksi yang disebabkan oleh cuaca dan iklim serta penyakit dan resiko sosial.

Hal itulah yang sering menjadi kendala utama dalam bisnis ayam broiler. Dalam dunia ekonomi fluktuasai harga input dan output sangat di pengaruhi oleh permintaan dan penawaran, beberapa hal yang mempengaruhi permintaan daging ayam broiler antara lain : budaya masyarakat Indonesia yang menganggap daging masih merupakan menu spesial. Adanya momen lebaran, natal, tahun baru biasanya akan terjadi kenaikan permintaan daging, tetapi setelah momen itu selesai atau memasuki tahun ajaran pendidikan yang baru biasanya akan terjadi pemurunanan permintaan daging broiler. Kebiasaan masyarakat yang suka mengkonsumsi daging segar juga sangat mempengaruhi permintaan, beda dengan di negara-negara maju yang sudah terbiasa mengkonsumsi daging beku.

Pengembangan usaha ternak ayam broiler akan berhasil apabila peternak mampu mengelola usaha ternaknya dengan baik. Pengelolaan usaha ternak ayam broiler harus ditunjang dengan kemampuan manajemen yang baik, mulai dari manajemen produksi, keuangan, sumberdaya manusia, sampai kepada manajemen pemasaran. Peternak sebagai pengambil keputusan bisnis harus memiliki kompetensi yang baik dalam mengelola seluruh fungsi perusahaan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap keberhasilan usahanya. Kemampuan manajemen yang baik harus ditunjang oleh infrastruktur peternakan yang memadai. Infrastruktur yang memadai dapat ditunjukkan dengan kemudahan akses terhadap jalan, jaringan listrik dan telepon, sumber mata air, tersedianya kandang dan peralatan kandang yang layak pakai, dan sebagainya. Selain itu,penggunaan teknologi yang tepat guna juga merupakan faktor yang penting dalam mendukung infrastruktur peternakan yang memadai, infrastruktur yang baik merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam keberhasilan usaha ternakayam broiler yang dijalankan.





Selasa, 03 Desember 2013

KANDANG DESA




KANDANG DESA
 
I.  PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tetang Keuangan Negara yang mengatur pola penggaran terpadu (unified budget) dan berbasis kinerja (performance budget). Implementasi anggaran terpadu berbasis kinerja ini dilakukan melalui tahan : perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi harus didasarkan pada indikator kinerja sehingga program pembangunan peternakan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan akuntabel.

Dalam kerangka pembangunan ekonomi daerah, peran sektor pertanian termasuk peternakan sangat strategis dan memiliki kaitan kuat di hulu dan hilir. Namun demikian peran strategis tersebut belum sepenuhnya mampu mendorong partisipasi masyarakatdan swasta, antara lain karena berbagai  permasalahan aktual yang berkaitan dengan pemanfaatan peluang ekonomi yang dapat membawa perubahan dan dinamisasi kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dan swasta tidak  saja memerlukan pendekatan teknis seperti yang telah diterapkan selama ini, tetapi juga diperlukan pendekatan sosial budaya (socio cultural) yang mampu merangsang perubahan sikap, perilaku dan pola kerja.

Untuk mendukung proses perubahan tersebut, maka peran pemerintah yang dapat dilakukan antara lain melalui : (1) pembangunan/perbaikan infrastruktur peternakan; (2) penguatan kelembagaan peternak melalui penumbuhan dan penguatan kelompok peternak dan gabungan kelompok peternak; (3) pembimbingan/penyuluhan teknis;  (4) perbaikan dan perluasan akses pada sistem pembiayaan; (5) penciptaan sistem pasar yang menguntungkan peternak; dan (6) pengembangan kapasitas pelaku agribisnis melalui pelatihan.

Pola pemberdayaan dilakukan guna mengatasi masalah utama di tingkat usaha tani yaitu keterbatasan modal dan infrastruktur (sarana dan prasarana) peternak serta lemahnya organisasi usaha dan jejaring kerjanya sehingga akses informasi menjadi terkendala. Olehnya itu Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertanian berupaya melakukan pemberdayaan melalui fasilitasi Bantuan Sosial berupa Bantuan dana yang langsung ditransfer ke rekening kelompok. Dana Bantuan Sosial ini dialokasikan dalam rangka Pengembangan Peternakan Berbasis Pedesaan melalui pembangunan Kandang Desa. Pola pemberdayaan ini diharapkan dapat menumbuh kembangkan usaha ekonomi produktif di pedesaan.


B.   Tujuan
Tujuan pemberdayaan masyarakat peternakan melalui dana Bantuan Sosial pada program Kandang Desa adalah :
1.    Mendorong perubahan sistem pemeliharaan ternak sapi dan  penertibaan kepemilikan ternak sapi di perdesaan.
2.    Meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak, serta pendapatan pelaku usaha peternakan.
3.    Mengembangkan usaha agribisnis peternakan dan agroindustri di kawasan pengembangan peternakan.
4.    Meningkatkan kemandirian dan kerjasama kelompok peternak.
5.    Mendorong berkembangnya lembaga keuangan mikro agribisnis dan kelembagaan ekonomi perdesaan lainnya.

C.  Sasaran
Sasaran pemberdayaan masyarakat peternakan melalui dana Bantuan Sosial pada program Kandang Desa adalah :
1.    Terciptanya perubahan sistem pemeliharaan ternak sapi dan tertibnya kepemelikan ternak sapi di perdesaan.
2.    Meningkatnya  populasi, produksi dan produktivitas ternak, serta pendapatan pelaku usaha peternakan.
3.    Berkembangnya agribisnis peternakan dan agroindustri di kawasan pengembangan peternakan.
4.    Meningkatnya kemandirian dan kerjasama kelompok peternak.
5.    Tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan mikro agribisnis dan kelembagaan ekonomi perdesaan lainnya.


D.  Ruang Lingkup

Pedoman Pelaksanaan ini mencakup pengaturan mengenai mekanisme penetapan lokasi (kecamatan dan desa), pemberdayaan masyarakat peternak sapi di perdesaan, penyaluran dan pemanfaatan dana bantuan sosial, pembinaan dan pengendalian serta monitoring, evaluasi dan pelaporan dalam rangka percepatan pembangunan peternakan di Kabupaten Banggai.

Pedoman Pelaksanaan ini, selanjutnya akan ditindak lanjuti dengan pedoman yang bersifat Teknis.



E.  Pengertian

Dalam pedoman ini, yang dimaksud dengan :

1.    Kandang Desa adalah kawasan di suatu desa yang digunakan untuk tempat pemeliharaan ternak sapi secara komunal (bersama) yang dilengkapi dengan pagar pengaman kawasan, bangunan kandang dan kebun hijauan makanan ternak (HMT).
2.    Pemberdayaan Masyarakat Peternakan adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat agribisnis sehingga secara mandiri mampu mengembangkan diri dan melakukan usahanya secara berkelanjutan.
3.    Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial dan dalam rangka pemberdayaan. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakat. Bantuan sosial untuk peternakan diatur dalam pedoman ini yaitu melalui transfer dana dari kas daerah ke rekening kelompok sasaran di perdesaan.
4.    Dana Bantuan Sosial adalah dana dari pemerintah yang disalurkan atau ditransfer ke  rekening pelaku peternakan yang mengalami keterbatasan modal dalam rangka pemberdayaan sehingga harapannya mampu mengakses lembaga permodalan secara mandiri dan merupakan modal abadi yang yang wajib dikembangkan.























PENELITIAN PROBIOTIK PADA AYAM ARAB



PENDAHULUAN
Pemenuhan telur konsumsi di Kabupaten Banggai berasal dari telur ayam ras dan telur ayam buras (bukan ras) dan pada umumnya (95 %) telur ayam ras yang terdapat dipasaran berasal dari luar daerah sedangkan telur ayam buras telah dapat diusahakan oleh mansyarakat walaupun jumlahnya masih terbatas. Hal ini merupakan peluang bagi peternak untuk memperbesar usaha peternakan ayam buras dan meningkatkan produksi telur. Salah satu jenis ayam buras yang memiliki produksi telur yang tinggi adalah ayam arab. Sejak tujuh tahun terakhir (2003) Dinas Pertanian Kabupaten Banggai mulai mendistribusikan bibit ayam arab kepada kelompok tani ternak yang diusahakan secara semi intensif dan intensif.

Sistem pemeliharaan ayam arab secara intensif memiliki berbagai keuntungan antara lain dapat meningkatkan produktivitas telur  hingga 40 % lebih tinggi dibadingkan dengan sistem pemeliharaan ekstensif (tradisional), akan tetapi juga memiliki berbagai kelemahan yakni ; membutuhkan biaya pakan yang besar (70 %), memiliki kualitas telur yang relatif rendah (kuning telur yang pucat dan cenderung terkena serangan penyakit secara besar-besar.  Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan terobosan-terobasan dalam bidang teknologi peternakan utamanya yang berkaitan dengan persoalan ransum. Diharapkan dengan teknologi tersebut mendapat suatu metode baru dalam hal penyedian ransum yang lebih simpel, efektif dan efisien, sehingga peternak ayam arab dapat                                 terus menjalankan usaha dengan tingkat keutungan yang lebih besar karena ternak dapat tumbuh lebih baik dengan terpenuhinya kebutuhan zat-zat makan dan terjaganya kesehatan ternak.

            Teknologi probiotik adalah salah satu temuan dalam bidang ilmu bioteknologi yaitu suatu produk yang mengandung mikroorganisme hidup dan nonpatogen yang diberikan kepada hewan untuk memperbaiki laju pertumbuhan, efesiensi konversi ransum dan kesehatan hewan karena dapat memperbaiki daya cerna dan meningkatkan kekebalan tubuh.  Probiotik untuk ternak di Indonesia telah dikembangkan secara komersil (dijual dipasaran) akan tetapi pemasaran yang masih terbatas dan harganya masih relatif mahal. Padahal bahan alami yang banyak ditemui di sekitar dan secara turun-temurun telah digunakan untuk berbagai manfaat dapat digunakan sebagai probiotik atau jamu untuk ternak yang dapat digunakan sebagai aditif  yang pemberiannya dapat dicampurkan ke dalam air minum ternak. Bahan alami tersebut adalah umbi rumput manggata dan buah mengkudu (Morinda citrifolia) yang difermentasi menggunakan limbah air kelapa. Penggunaanbahan alami tersebut yang mudah diperoleh karena rumput manggat dikategorikan sebagai gulma (tanaman pengganggu) dalam pertanian dan air kelapa merupakan limbah pertanian yang berlimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal.   

            Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian penggunaan aditif  alami hasil fermentasi manggata  dan buah mengkudu terhadap pertambahan bobot badan dan produksi telur ayam arab menarik untuk dilakukan.

1.1               Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1.      Bagaimana pengaruh pemberian aditif hasil fermentasi umbi rumput manggata dan buah mengkudu terhadap pertambahan bobot ayam arab.

2.  Bagaimana pengaruh pemberian aditif hasil fermentasi umbi rumput manggata dan buah mengkudu terhadap produksi telur ayam arab.  

1.2               Tujuan Penelitian

1.      Mengetahui pengaruh pemberian aditif hasil fermentasi umbi rumput manggata dan buah mengkudu terhadap pertambahan bobot ayam arab.

2.      Mengetahui pengaruh pemberian aditif hasil fermentasi umbi rumput manggata dan buah mengkudu terhadap produksi telur ayam arab.

1.4  Manfaat Penelitian        

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa bahan alami yang banyak  terdapat disekitar kita dan dianggap tidak bermanfaat ternyata dapat digunakan sebagai probiotik alami yang bermanfaat untuk meningkatkan produksi ayam arab.

1.3   Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya difokuskan pada bagaimana cara pembuatan aditif  bahan alami yaitu fermentasi umbi rumput manggata dan buah mungkudu yang menggunakan media air kelapa dan terasi dan selanjutnya hasil fermentasi tersebut diaplikasikan pada hewan percobaan yaitu ayam arab. Adapun pengaruh aditif tersebut pada hewan percobaan (ayam arab) hanya difokuskan untuk mengamati pengaruh pertambahan bobot badan ayam arab fase grower (umur 6 minggu) dan produksi telur ayam arab pada fase layer.